Saturday, October 3, 2015

JADI ORANG MISKIN ITU NGGAK ENAK, KAWAN



JADI ORANG MISKIN ITU NGGAK ENAK, KAWAN.....
Percayalah...
Saya sudah merasakannya...jadi jangan mau jadi orang miskin

Akan aku ceritakan kisah nyata... benar benar terjadi, kisah sepenggal perjalanan hidupku...

Aku lahir dari keluarga yang menurutku cukup, tidak kekurangan dan tidak pula berlebihan. Bapak adalah seorang pegawai negeri, seorang guru, juga seorang petani. Sawah bapak cukup banyak dan luas, jadi dapat penghasilan dari bertani juga, baik yang digarap sendiri maupun yang digarap oleh orang lain dalam bentuk bagi hasil. Juga bapak peternak ayam petelur dan pedaging yang hasilnya cukup lumayan karena jumlah ayam bapak bisa sampai 200-300 ekor setiap musim.

Bapak mendidik aku dengan disipllin, aku harus punya segala kemampuan berternak, bertani, sekaligus sekolah harus baik... pokoknya makin terampil di banyak bidang makin baik kata bapak. Waktu SD, pagi jam 5 atau setengah enam setelah bangun tidur dan sholat subuh, sudah ada sederet urutan pekerjaan mulai mengumpulkan tempat minum ayam yang jumlahnya bisa sampai ratusan biji, mencuci, mengembalikan ke tempat semula, mengoplos vitamin di minuman ayam, terakhir menuangkan ke dalam ratusan wadah wadah tadi. Selesai jam 6.30 mandi, lalu berangkat sekolah jalan kaki. Begitu seterusnya setiap dua hari sekali karena bergantian tugas dengak kakak laki laki saya mas Iqbal.

Sepulang sekolah urutan pekerjaan lain sudah menunggu, membeli bahan makan ayam 3 hari sekali dengan sepeda ontel ke kampung sebelah yang jaraknya sekita 2 kilo meter dengan berat yang seringkali melebihi berat badanku sendiri, kemudian mengoplos dengan bahan lain untuk 3 hari kedepan.

Dengan punya 3 sumber penghasilan tadi, keluarga kami tidak pernah kekurangan, rumah cukup besar, sepeda motor, bahkan saya masih ingat kami dulu adalah keluarga yang punya pesawat televisi pertama di kampung kami.

Ketika SMA aku pakai sepeda motor untuk ke sekolah sehari hari, waktu itu masih jarang orang sekampung yang punya motor.

Ketika lulus SMA aku pengin tantangan baru, pengin melakukan hal tak lazim pada remaja seusiaku. Aku bilang ke bapak, “Pak aku pengin kuliah di jogja, tolong dibiayai pendaftarannya dan biaya spp satu semester saja, kost satu semester saja, selebih nanti biar aku cari sendiri aku pengin mandiri”. Hal ini terinspirasi dari buku-buku yang sering aku baca kalo di luar negeri remaja yang sudah berumur 18 tahun harus hidup berpisah dengan orang tua dan hidup mandiri.

Belasan tahun berikutnya aku baru tau kalo Bob Sadino juga melakukan hal yang sama, bosan menjadi orang kecukupan memilih hidup dalam kemiskinan...Istilah pak Bob MEMISKINKAN DIRI....silahkan baca bukunya yang berjudul : Mereka bilang aku gila

Singkat cerita, setelah diterima di AKAKOM Jogja, mulailah hidup sebagai anak kos dengan target semester depan sudah nggak dapat kiriman bulanan, bayar kos, makan, kuliah, buku, dan lain lain cari sendiri... terserah mau tetap hidup atau jadi kere kelaparan di pinggir jalan. Mulailah aku mencoba bisnis ini, bisnis itu, jualan mlm, jadi loper koran, jadi seles dari rumah ke rumah, jadi kuli bangunan, apa saja pokoknya harus menghasilkan uang.

Pada tahap ini tantangan yang terberat adalah melawan gengsiWaktu jadi loper koran dari rumah kerumah yang paling takut adalah ketemu temen kuliah, atau temen sekolah... takut diomongin begini “ooo kamu jauh jauh pergi dari rumah cuma jai loper koran....? atau kami sekolah tinggi tinggi cuma jadi kuli bangunan di jogja? lebih takut jadi omongan dikampung, dijogja bukan kuliah malah jualan koran ” pokoknya gengsi. Waktu jualan kue kue jajanan warung juga sama... takut ketemu orang yang kenal.

Pengalaman jadi loper koran, bangun pagi sebelum subuh sekitar jam 4 pakai sepeda ontel biar hemat, ambil dari agen , kemudian keliling dari rumah ke rumah komplek ke komplek sekitar 50 pelanggan, jam 7 sudah harus beres karena kalo kesiangan pelanggannya bisa marah. Jam 8 an mulai keliling lagi untuk pengantaran korang nasional yang datangnya lebih siang sampai jam 10 an. Begitu seterusnya setiap pagi. Yang paling menyebalkan kalo ada yang berlangganan koran Jawa Pos kenapa karena koran ini satu satunya koran yang nggak libur meskipun tanggal merah.... bahkan lebaran pun hanya libur dua hari saja... bayangkan dalam setahun hanya libur 2 hari.... sungguh menyebalkan.

Waktu berlalu berbulan bulan hingga bertahun tahun selanjutnya, segala macam usaha dicoba, jualan ini itu nggak berhasil, kerja sana sini dicoba, nggak ada satupun yang berhasil, barang barang yang dibawa dari kampung satu persatu mulai dijual buat makan dan ongkos, puncaknya sepeda motor pemberian bapak digadaikan buat makan.

Rumah kos yang ditempati terasa mahal, nggak kuat lagi bayar, jadi cari rumah kost yang lebih murah. Jadi selama 5 tahun di jogja seingatku sekitar 8 kali pindah rumah kos dari yang murah sampai paling murah. Terakhir karena yang paling murah pun nggak kebayar, terpaksa numpang di garasi bis kota punya bapaknya teman, gratis tentu saja tapi sebagai gantinya dua hari sekali harus nyapu halaman yang yang mungkin luasnya seperempat lapangan bola, menjaga mobil mobil yang disimpan disitu dan lain lain.

Garasi ini punya bos bis kota jogja namanya pak sudirman. Orangnya tinggi kurus, tegas tapi baik hati. Ia seorang tokoh Muhamadiyah di Jogja yang sangat dihormati. Garasi ini ditanami berbagai tanaman buah, pohon belimbing yang sangat tinggi, pisang, umbi dan singkong.

Di garasi gratis ini aku ketemu Syihabudin teman sma yang juga kuliah di Jogja tapi beda kampus. Kondisi kami sama sama miskin. Aku ajak sekalian tinggal disini, mumpung gratis. Ia soulmed bagiku sejak sma. Kalo pengin merokok waktu itu (sekarang aku sudah berhenti merokok) kami patungan masing masing 500 perak dapat sebatang diisep berdua.

Waktu menjelang lebaran terpikir ide bikin kue kering, berbekal oven pinjaman dari ibu dikampung, mulai bikin satu dua loyang, ternyata laku. Tapi modal terbatas, jadi nggak bisa bikin banyak.

Usaha jalan seadanya, untuk menghemat pengeluaran kami beli beras masak nasi, lauk dan sayurnya beli, itupun kalo ada uang kalo nggak ada ya makan sama daun singkong yang tumbuh di halaman garasi ini. Dalam kesulitan dan kemiskinan ini aku menemukan teknologi memasak nasi pakai seterika listrik. Jadi panci alumunium diisi beras yang sudah dicuci, ditambah air, taruh diatas seterika yang dibalik (atas bagian panasnya menghadap keatas) tunggu barang 1 jam nasi sudah matang. Nggak perlu takut gosong karena seterika punya otomatis mati.

Di garasi ini aku juga jadi jago masak sampai sekarang isteri, anak anak dan pembantu dirumah mengakui masakanku enak. Daun singkong, daun melinjo, melinjo muda, jantung pisang itu dan itu saja setiap hari... namanya juga hidup harus hemat.

Waktu berlalu dan aku tetap miskin, miskin semiskin miskinnya.... numpang dirumah orang, makan daun daunan setiap hari kayak kambing, pulang kampung bukan pilihan. Layar sudah dibentang, janji sudah diucap untuk nggak minta lagi kepada orang tua, lebih baik kelaparan atau jadi kere atau jadi gelandangan di jogja daripada pulang terhina karena menelan ludah sendiri.

Lokasi garasi tempatku numpang di kawasan kos mahasiswa STIKER jl parang tritis. Waktu itu usiaku 20 tahunan, pasti tertarik dengan urusan cinta cintaan, ada gadis yang kos di sebelah rumah sungguh menawan hati. Aku kenal dengan bapak dan kosnya, mulailah pasang mode naksir dengan nitip salam, setiap hari ke bapak kos, ibu kos atau siapa saja.... tapi sungguh malang diri ini cintaku ditolak mentah mentah karena aku miskin.... aku cuma tukang bikin roti, yang kerjanya pagi sampai siang bikin roti, sorenya keliling dari warung ke warung menjajakan dagangan. Ia anak orang berada, keluarganya datang dengan mobil cukup mewah pada waktu itu tahun 96-97. beberapa waktu kemudian ia punya pacar lelaki bermobil entah teman kuliahnya entah siapa.

Pengalaman ditolak mentah mentah ini rupanya bukan yang terakhir kali, ada pengalaman serupa beberapa waktu kemudian, alasannya sama karena aku miskin....

Miskin tetap miskin... miskin akut...Sampai puncaknya suatu ketika aku jatuh sakit, sakit yang nggak biasa, biasanya sakit demam panas makan panadol dua tiga hari sembuh. Ini sakit luar biasa, sakit di kepala menjalar ke punggung sampai pinggang, panas pegal ngilu, luar bisa sakiktnya. Mau ke dokter atau puskemas boro boro buat makan saja nggak ada ya sudah makan panadol saja sehari 3 kali. Begitu makan obat, reaksi terasa, sakitnya sedikit hilag untuk waktu dua tiga jam sudah itu kambuh lagi. Makan obat lagi, begitu berulang ulang berhari hari.

Sampai hari ke 7 sudah nggak kuat akhirnya aku menyerah terpaksa pulang kampung, minta uang ke ibu secukupnya buat berobat ke puskemas terdekat di kampung.

Di puskesmas diperiksan oleh ibu dokter cantik yang ternyata kenal dengan bapak . Selesai diperiksa, dokter cantik tadi mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan, sungguh nggak terduga sama sekali, ia bicara dengan lirih hampir seperti berbisik mungkin takut menyinggung perasaan “mas... anda ini sakit penyebabnya adalah KURANG GIZI.....”

Aku terdiam tak percaya... kata kata KURANG GIZI sungguh menyengat pendengaran, hati dan perasaanku... aku tau penyebab semua ini adalah MAKHLUK BERNAMA KEMISKINAN.

Aku nggak terima, aku protes sekuatnya dalam hati, aku ini manusia lebih dari normal nyatanya bisa lulus sekolah sampai SMA diterima di sekolah tinggi komputer swasta. Tapi tidak berdaya melawan satu makhluk bernama MISKIN tadi sehingga aku harus menghadapi kenyataan ditolak mentah mentah oleh gadis yang aku taksir, hidupku kurang gizi karena nggak mampu makan makanan berkualitas, hanya makan daun daunan kayak kambing, tinggal numpang dirumah orang atas dasar belas kasihan. sungguh menyakitkan hati... nggak bisa dipercaya... nggak bisa diterima....

Kawan... inilah titik terendah dalam hidupku... nasehat dari orang bijak; jika anda mengalami masalah pilihannya ada 2 yaitu terhina atau tertantang. Aku pilih tertantang, kondisi ini memberikan energi yang luar biasa, sampai hari ini aku begitu membenci kemiskinan. Aku bekerja begitu keras, aku belajar begitu keras supaya nggak miskin lagi. Aku meyakini... sungguh meyakini bahwa kemiskinan bukan perkara nasib, tapi perkara cara berpikir dan bertindak.

AKU BERSUMPAH NGGAK AKAN JADI ORANG MISKIN AKU PASTI JADI ORANG KAYA. Aku nggak rela anak isteriku nantinya mengalami kurang gizi, kurang makan dihina dina orang karena miskin. Akan aku lakukan apapun dalam arti positif untuk menjadi kaya dan sangat kaya. Aku juga akan mengajari orang lain menjadi kaya. 

Menjadi kaya adalah perintah Allah, mau bukti? Ini buktinya surah Al Mauun ayat 1-3 : 1. Tahukah kamu para pendusta agama? 2. Yaitu orang yang menghardik anak yatim (dalam terjemahan lain menghardik diterjamahkan tidak mengasihi atau tidak menyantuni) 3. Tidak memberi makan kepada orang miskin.... kalo penghasilan kita hanya 1 juta per bulan dan punya anak istri, sungguh sulit mengerjakan perintah di 2 ayat terakhir tadi tapi kalo penghasilan kita 100 juta per bulan rasanya nggak sulit untuk menyantuni dengan layak 10 anak yatim dan orang miskin dengan layak.

Saya tahu di dunia ini ada orang yang sangat kaya penghasilan per tahun bisa 300 milyar dan ia orang yang sangat dermawan, Ia memberi makan sekitar 3 juta orang miskin setiap tahun.... sayanya orang ini bukan muslim.

Nasib berjalan seiring perjalanan waktu, kini aku belajar kepada top top guru di indonesia dan di dunia untuk menjadi kaya. Aku belajar kepada Robert Kiyosaki, T Harv eker, Bob proctor, Anthony Robbins, Dolf De Roos dan masih banyak lagi. Dari Indonesia aku belajar dari guru guru pengusaha seperti Purdi E Chandra pemilik PRIMAGAMA yang sudah punya lebih 1000 cabang, belajar kepada kepada Tung desem Waringin, belajar kepada Pak Kuwat Subarja pemilik ICHI BENTO yang sudah punya lebih dari 50 cabang dan masih banyak lagi guru yang lainnya.

Syihabudin yang dulu sama sama miskin tinggal di garasi bersamaku itu kini sudah sangat kaya, salah saru orang terkaya di jogja dengan bendera PT. Gerbang Madani membangun komplek perumahan mewah di jogja dan sekitarnya. Silahkan klik di www.gerbangmadani.com , kadang aku datang ke dia, belajar ke dia. Yang sangat berkesan dari Syihabudin ini adalah seorang yang sangat dermawan.

Jadi kawan, seperti judul tulisan ini JANGAN MAU JADI ORANG MISKIN... JADILAH ORANG KAYA, JADI ORANG MISKIN ITU SUNGGUH TIDAK ENAK AKU SUDAH PERNAH MERASAKANNYA. Salam kaya dan salam merdeka.

No comments:

Post a Comment